Rabu, 17 Februari 2010

Menulis Nyaman dan Memberikan Manfaat

Kemarin sore dihebohkan dengan berita, bahwa anak buah saya (siswa) berkelahi dengan kawan satu sekolah dengan mereka. Tawuran dan ajang pukul pun terjadi. Menurut cerita, perkelahian mereka juga melibatkan seorang nenek. Bahkan ada pengakuan, bahwa si nenek diangkat oleh siwa saya, kemudian dilemparkan ke kolam di samping rumahnya. Masya Allah, mungkinkah ini memang benar-benar terjadi?

Alhamdulillah, ketika dikroscek terhadap anak-anak yang terlibat perkelahian itu, ternyata si nenek jatuh sendiri ke kolam karena ingin melerai perkelahian tersebut. Ini berdasarkan pengakuan cucunya sendiri yang merupakan salah satu aktor di dalam perkelahian itu. Dalam hati sempat berpikir awalnya, kok begitu kejamnya siswaku kalau memang benar melempar nenek-nenek ke kolam. Penyiksaan yang lebih kejam dari PKI. Syukurlah, ternyata kabar itu tidak benar adanya.

Akhirnya, bersama kepala sekolah dan saya beserta Kapolsek Simpang Empat berhasil mendamaikan dan memberikan pernyataan bahwa mereka tidak akan mengulanginya lagi. Ya, syukurlah mereka mau berdamai. Ini adalah sekila cerita memulai sebuah tulisan ini.

Nah baru masuk ke dalam pokok tulisan!
Dulu sebelum bergabung dengan Kelompok Pecinta Menulis yang digawangi oleh Pak Ersis, saya sangat ingin sekali membuat tulisan. Tapi apa nyatanya, berbagai kesulitan dan kesusahan melanda. Belajar dari teori-teori menulis yang membuat otak ini puyeng karena harus menulis seperti ini, itu, begini, begitu, dan sebagainya yang membikin mumet. Apa jadinya? tak ada satu pun tulisan yang selesai. Padahal keinginan untuk membuat tulisan sangat menggebu-gebu. akhirnya kekecewaanlah yang muncul. Perasaan kecewa berkecamuk di dalam hati karena merasa sia-sia membeli buku teori menulis yang akhirnya membuat sulit untuk menciptakan tulisan.

Kekecewaan itu akhirnya pupus dengan sendirinya setelah seiring ikut mencoba belajar dan bergabung dengan kampanye menulis yang dilakukan oleh Pak Ersis. Awalnya sih cuma coba-coba saja. Dan perasaan takut pun sering muncul kalau-kalau tulisan saya diejek habis-habisan di FB nanti. Dengan belajar dan terus belajar, berusaha menyakinkan diri, dan selalu berusaha mencoba disertai dengan nasihat dan gembelangan Pak Ersis walau hanya melalui dunia maya, alhamdulillah apa yang diharapkan pun bisa terwujud. Hasilnya, menulis memang benar-benar nyaman.

Kalau dulu menulis merupakan musuh yang sangat menakutkan semenjak mendapat cacian sewaktu SD dulu, namun sekarang menulis merupakan hal yang mengasyikkan. Bagaimana tidak mengasyikkan, menulis sekarang ini dijadikan sebagai kebutuhan hidup. Kalau saja sehari tidak membuat tulisan, perasaan bersalah terhadap diri akan muncul begitu saja. Diri akan terus menegur dan mengejek kalau tidak membuat tulisan dalam sehari. Dan perasaan malu kepada para sahabat di FB jika tidak menuliskan satu tulisan saja setiap hari. Dan saya yakin sejelek-jeleknya tulisan saya pasti ada yang membacanya.

Menulis memang benar-benar nyaman. Apa buktinya? ya buktinya jelas, bahwa kita tuliskan saja segala pikiran yang bergelayut di otak kita. Untuk apa harus pusing dengan segala teori yang membingungkan. Yang penting adalah tulis dan terus menulis. Ikuti terus pikiran ini seperti air yang mengalir tenang tanpa gelombang. Rasanya tak ada yang disulitkan dengan yang namanya menulis. Bahkan dengan menulis kita dapat menemukan kepuasan batin sendiri. Mengapa orang banyak yang senang menulis? Tentu jawabannya adalah menulis memang nyaman. Mungkin seperti itu kebenarannya.

Berkaca kepada peradaban dunia yang sampai saat ini terus berkembang, Cina contohnya. Negeri Tirai Bambu itu sejak dari zaman dulunya sudah mengenal tulisan. Bahkan sejarah mengatakan, bangsa pertama yang menemukan dan mengenal tulisan adalah Bangsa Cina. Berbagai hasil karya tulis banyak dihasilkan oleh negeri ini. Dan tulisan-tulisan mereka tidak hanya dipelajari di negeri sendiri, namun juga dipelajari oleh berbagai negara di belahan dunia.

Tahukah kita dengan Sun Tzu? Sun Tzu seorang Jenderal Cina yang dan juga seorang penulis buku terkenal yang berjudul "Seni Perang" sebuah karya klasik Cina yang isinya tentang strategi perang. Karya-karya Sun Tzu pada saat itu pada saat itu sangat terkenal hingga sampai sekarang. Karya-karya Sun Tzu tidak haya digunakan di Cina, tetapi juga dipelajari dan dipakai oleh orang-orang Jepang. Sudah sejak zaman para samurai di Jepang mempelajari karya-karyanya Sun Tzu ini. Oda Nobunaga, salah seorang penguasa dari marga Owari yang mempunyai wilayah kekuasaan yang sangat besar mempelajari karya yang ditulis oleh putera Tirai Bambu ini. Kemudian Toyotomi Hideyoshi, seorang panglima tertinggi marga Owari yang sangat terkenal dengan kepandaian berbicaranya serta taktik berperangnya, juga mempelajari karya tersebut. Begitu pula dengan Takenaka Hanbei salah satu penasihat perang Hideyoshi yang berasal dari marga Hasciuka pada saat itu paling ditakuti oleh marga Owari dan marga-marga lainnya di Jepang banyak belajar dari karya Sun Tzu. Kemudian, Tokugawa Ieyasu seorang yang berhasil menyatukan seluruh marga di Jepang juga lebih banyak mempelajari karya-karya yang ditulis oleh orang tersebut. Tentunya, karya-karya Sun Tzu sangat hebat sekali hingga banyak orang Jepang yang mengadopsinya.

Dari contoh di atas, Sun Tzu seorang Jenderal Besar Cina yang mempunyai kekuasaan dan kekuatan pasukan yang hebat, suka sekali menulis. Dia dengan piawainya menulis hingga melahirkan sebuah karya yang besar dan banyak dipelajari orang. Bahkan untuk mempersatukan Jepang saja, karya ini dijadikan pegangan dalam perjalanan perjuangannya. Hal ini membuktikan bahwa nyamannya membuat tulisan, dan hasil dari tulisan itu ternyata memberikan banyak manfaat bagi semua orang.

Begitu pula apa yang dilakukan oleh Pak Ersis selama ini. Beliau membuktikan dengan teorinya bahwa menulis itu memang nyaman. ya benar nyaman. kalau tidak, tak mungkin Beliau menghasilkan tulisan yang begitu banyaknya. Dalam sehari saja mampu membuat hingga tujuh tulisan, belum termasuk karya ilmiah. Dan sudah tentu hasil tulisan beliau banyak memberikan manfaat bagi kita semua. Berkat tulisan-tulisan Beliaulah kita dapat belajar menulis, hingga menjadi penulis. Inilah bukti kebenaran itu. Mudah-mudahan kita mampu melakukan hal yang demikian.

Bagaimana menurut Sampeyan?

Tanah Bumbu, 4 Februari 2010

Baca selengkapnya......

Menulis Nyaman dan Memberikan Manfaat

Kemarin sore dihebohkan dengan berita, bahwa anak buah saya (siswa) berkelahi dengan kawan satu sekolah dengan mereka. Tawuran dan ajang pukul pun terjadi. Menurut cerita, perkelahian mereka juga melibatkan seorang nenek. Bahkan ada pengakuan, bahwa si nenek diangkat oleh siwa saya, kemudian dilemparkan ke kolam di samping rumahnya. Masya Allah, mungkinkah ini memang benar-benar terjadi?

Alhamdulillah, ketika dikroscek terhadap anak-anak yang terlibat perkelahian itu, ternyata si nenek jatuh sendiri ke kolam karena ingin melerai perkelahian tersebut. Ini berdasarkan pengakuan cucunya sendiri yang merupakan salah satu aktor di dalam perkelahian itu. Dalam hati sempat berpikir awalnya, kok begitu kejamnya siswaku kalau memang benar melempar nenek-nenek ke kolam. Penyiksaan yang lebih kejam dari PKI. Syukurlah, ternyata kabar itu tidak benar adanya.

Akhirnya, bersama kepala sekolah dan saya beserta Kapolsek Simpang Empat berhasil mendamaikan dan memberikan pernyataan bahwa mereka tidak akan mengulanginya lagi. Ya, syukurlah mereka mau berdamai. Ini adalah sekila cerita memulai sebuah tulisan ini.

Nah baru masuk ke dalam pokok tulisan!
Dulu sebelum bergabung dengan Kelompok Pecinta Menulis yang digawangi oleh Pak Ersis, saya sangat ingin sekali membuat tulisan. Tapi apa nyatanya, berbagai kesulitan dan kesusahan melanda. Belajar dari teori-teori menulis yang membuat otak ini puyeng karena harus menulis seperti ini, itu, begini, begitu, dan sebagainya yang membikin mumet. Apa jadinya? tak ada satu pun tulisan yang selesai. Padahal keinginan untuk membuat tulisan sangat menggebu-gebu. akhirnya kekecewaanlah yang muncul. Perasaan kecewa berkecamuk di dalam hati karena merasa sia-sia membeli buku teori menulis yang akhirnya membuat sulit untuk menciptakan tulisan.

Kekecewaan itu akhirnya pupus dengan sendirinya setelah seiring ikut mencoba belajar dan bergabung dengan kampanye menulis yang dilakukan oleh Pak Ersis. Awalnya sih cuma coba-coba saja. Dan perasaan takut pun sering muncul kalau-kalau tulisan saya diejek habis-habisan di FB nanti. Dengan belajar dan terus belajar, berusaha menyakinkan diri, dan selalu berusaha mencoba disertai dengan nasihat dan gembelangan Pak Ersis walau hanya melalui dunia maya, alhamdulillah apa yang diharapkan pun bisa terwujud. Hasilnya, menulis memang benar-benar nyaman.

Kalau dulu menulis merupakan musuh yang sangat menakutkan semenjak mendapat cacian sewaktu SD dulu, namun sekarang menulis merupakan hal yang mengasyikkan. Bagaimana tidak mengasyikkan, menulis sekarang ini dijadikan sebagai kebutuhan hidup. Kalau saja sehari tidak membuat tulisan, perasaan bersalah terhadap diri akan muncul begitu saja. Diri akan terus menegur dan mengejek kalau tidak membuat tulisan dalam sehari. Dan perasaan malu kepada para sahabat di FB jika tidak menuliskan satu tulisan saja setiap hari. Dan saya yakin sejelek-jeleknya tulisan saya pasti ada yang membacanya.

Menulis memang benar-benar nyaman. Apa buktinya? ya buktinya jelas, bahwa kita tuliskan saja segala pikiran yang bergelayut di otak kita. Untuk apa harus pusing dengan segala teori yang membingungkan. Yang penting adalah tulis dan terus menulis. Ikuti terus pikiran ini seperti air yang mengalir tenang tanpa gelombang. Rasanya tak ada yang disulitkan dengan yang namanya menulis. Bahkan dengan menulis kita dapat menemukan kepuasan batin sendiri. Mengapa orang banyak yang senang menulis? Tentu jawabannya adalah menulis memang nyaman. Mungkin seperti itu kebenarannya.

Berkaca kepada peradaban dunia yang sampai saat ini terus berkembang, Cina contohnya. Negeri Tirai Bambu itu sejak dari zaman dulunya sudah mengenal tulisan. Bahkan sejarah mengatakan, bangsa pertama yang menemukan dan mengenal tulisan adalah Bangsa Cina. Berbagai hasil karya tulis banyak dihasilkan oleh negeri ini. Dan tulisan-tulisan mereka tidak hanya dipelajari di negeri sendiri, namun juga dipelajari oleh berbagai negara di belahan dunia.

Tahukah kita dengan Sun Tzu? Sun Tzu seorang Jenderal Cina yang dan juga seorang penulis buku terkenal yang berjudul "Seni Perang" sebuah karya klasik Cina yang isinya tentang strategi perang. Karya-karya Sun Tzu pada saat itu pada saat itu sangat terkenal hingga sampai sekarang. Karya-karya Sun Tzu tidak haya digunakan di Cina, tetapi juga dipelajari dan dipakai oleh orang-orang Jepang. Sudah sejak zaman para samurai di Jepang mempelajari karya-karyanya Sun Tzu ini. Oda Nobunaga, salah seorang penguasa dari marga Owari yang mempunyai wilayah kekuasaan yang sangat besar mempelajari karya yang ditulis oleh putera Tirai Bambu ini. Kemudian Toyotomi Hideyoshi, seorang panglima tertinggi marga Owari yang sangat terkenal dengan kepandaian berbicaranya serta taktik berperangnya, juga mempelajari karya tersebut. Begitu pula dengan Takenaka Hanbei salah satu penasihat perang Hideyoshi yang berasal dari marga Hasciuka pada saat itu paling ditakuti oleh marga Owari dan marga-marga lainnya di Jepang banyak belajar dari karya Sun Tzu. Kemudian, Tokugawa Ieyasu seorang yang berhasil menyatukan seluruh marga di Jepang juga lebih banyak mempelajari karya-karya yang ditulis oleh orang tersebut. Tentunya, karya-karya Sun Tzu sangat hebat sekali hingga banyak orang Jepang yang mengadopsinya.

Dari contoh di atas, Sun Tzu seorang Jenderal Besar Cina yang mempunyai kekuasaan dan kekuatan pasukan yang hebat, suka sekali menulis. Dia dengan piawainya menulis hingga melahirkan sebuah karya yang besar dan banyak dipelajari orang. Bahkan untuk mempersatukan Jepang saja, karya ini dijadikan pegangan dalam perjalanan perjuangannya. Hal ini membuktikan bahwa nyamannya membuat tulisan, dan hasil dari tulisan itu ternyata memberikan banyak manfaat bagi semua orang.

Begitu pula apa yang dilakukan oleh Pak Ersis selama ini. Beliau membuktikan dengan teorinya bahwa menulis itu memang nyaman. ya benar nyaman. kalau tidak, tak mungkin Beliau menghasilkan tulisan yang begitu banyaknya. Dalam sehari saja mampu membuat hingga tujuh tulisan, belum termasuk karya ilmiah. Dan sudah tentu hasil tulisan beliau banyak memberikan manfaat bagi kita semua. Berkat tulisan-tulisan Beliaulah kita dapat belajar menulis, hingga menjadi penulis. Inilah bukti kebenaran itu. Mudah-mudahan kita mampu melakukan hal yang demikian.

Bagaimana menurut Sampeyan?

Tanah Bumbu, 4 Februari 2010

Baca selengkapnya......

Menulis Nyaman dan Memberikan Manfaat

Kemarin sore dihebohkan dengan berita, bahwa anak buah saya (siswa) berkelahi dengan kawan satu sekolah dengan mereka. Tawuran dan ajang pukul pun terjadi. Menurut cerita, perkelahian mereka juga melibatkan seorang nenek. Bahkan ada pengakuan, bahwa si nenek diangkat oleh siwa saya, kemudian dilemparkan ke kolam di samping rumahnya. Masya Allah, mungkinkah ini memang benar-benar terjadi?

Alhamdulillah, ketika dikroscek terhadap anak-anak yang terlibat perkelahian itu, ternyata si nenek jatuh sendiri ke kolam karena ingin melerai perkelahian tersebut. Ini berdasarkan pengakuan cucunya sendiri yang merupakan salah satu aktor di dalam perkelahian itu. Dalam hati sempat berpikir awalnya, kok begitu kejamnya siswaku kalau memang benar melempar nenek-nenek ke kolam. Penyiksaan yang lebih kejam dari PKI. Syukurlah, ternyata kabar itu tidak benar adanya.

Akhirnya, bersama kepala sekolah dan saya beserta Kapolsek Simpang Empat berhasil mendamaikan dan memberikan pernyataan bahwa mereka tidak akan mengulanginya lagi. Ya, syukurlah mereka mau berdamai. Ini adalah sekila cerita memulai sebuah tulisan ini.

Nah baru masuk ke dalam pokok tulisan!
Dulu sebelum bergabung dengan Kelompok Pecinta Menulis yang digawangi oleh Pak Ersis, saya sangat ingin sekali membuat tulisan. Tapi apa nyatanya, berbagai kesulitan dan kesusahan melanda. Belajar dari teori-teori menulis yang membuat otak ini puyeng karena harus menulis seperti ini, itu, begini, begitu, dan sebagainya yang membikin mumet. Apa jadinya? tak ada satu pun tulisan yang selesai. Padahal keinginan untuk membuat tulisan sangat menggebu-gebu. akhirnya kekecewaanlah yang muncul. Perasaan kecewa berkecamuk di dalam hati karena merasa sia-sia membeli buku teori menulis yang akhirnya membuat sulit untuk menciptakan tulisan.

Kekecewaan itu akhirnya pupus dengan sendirinya setelah seiring ikut mencoba belajar dan bergabung dengan kampanye menulis yang dilakukan oleh Pak Ersis. Awalnya sih cuma coba-coba saja. Dan perasaan takut pun sering muncul kalau-kalau tulisan saya diejek habis-habisan di FB nanti. Dengan belajar dan terus belajar, berusaha menyakinkan diri, dan selalu berusaha mencoba disertai dengan nasihat dan gembelangan Pak Ersis walau hanya melalui dunia maya, alhamdulillah apa yang diharapkan pun bisa terwujud. Hasilnya, menulis memang benar-benar nyaman.

Kalau dulu menulis merupakan musuh yang sangat menakutkan semenjak mendapat cacian sewaktu SD dulu, namun sekarang menulis merupakan hal yang mengasyikkan. Bagaimana tidak mengasyikkan, menulis sekarang ini dijadikan sebagai kebutuhan hidup. Kalau saja sehari tidak membuat tulisan, perasaan bersalah terhadap diri akan muncul begitu saja. Diri akan terus menegur dan mengejek kalau tidak membuat tulisan dalam sehari. Dan perasaan malu kepada para sahabat di FB jika tidak menuliskan satu tulisan saja setiap hari. Dan saya yakin sejelek-jeleknya tulisan saya pasti ada yang membacanya.

Menulis memang benar-benar nyaman. Apa buktinya? ya buktinya jelas, bahwa kita tuliskan saja segala pikiran yang bergelayut di otak kita. Untuk apa harus pusing dengan segala teori yang membingungkan. Yang penting adalah tulis dan terus menulis. Ikuti terus pikiran ini seperti air yang mengalir tenang tanpa gelombang. Rasanya tak ada yang disulitkan dengan yang namanya menulis. Bahkan dengan menulis kita dapat menemukan kepuasan batin sendiri. Mengapa orang banyak yang senang menulis? Tentu jawabannya adalah menulis memang nyaman. Mungkin seperti itu kebenarannya.

Berkaca kepada peradaban dunia yang sampai saat ini terus berkembang, Cina contohnya. Negeri Tirai Bambu itu sejak dari zaman dulunya sudah mengenal tulisan. Bahkan sejarah mengatakan, bangsa pertama yang menemukan dan mengenal tulisan adalah Bangsa Cina. Berbagai hasil karya tulis banyak dihasilkan oleh negeri ini. Dan tulisan-tulisan mereka tidak hanya dipelajari di negeri sendiri, namun juga dipelajari oleh berbagai negara di belahan dunia.

Tahukah kita dengan Sun Tzu? Sun Tzu seorang Jenderal Cina yang dan juga seorang penulis buku terkenal yang berjudul "Seni Perang" sebuah karya klasik Cina yang isinya tentang strategi perang. Karya-karya Sun Tzu pada saat itu pada saat itu sangat terkenal hingga sampai sekarang. Karya-karya Sun Tzu tidak haya digunakan di Cina, tetapi juga dipelajari dan dipakai oleh orang-orang Jepang. Sudah sejak zaman para samurai di Jepang mempelajari karya-karyanya Sun Tzu ini. Oda Nobunaga, salah seorang penguasa dari marga Owari yang mempunyai wilayah kekuasaan yang sangat besar mempelajari karya yang ditulis oleh putera Tirai Bambu ini. Kemudian Toyotomi Hideyoshi, seorang panglima tertinggi marga Owari yang sangat terkenal dengan kepandaian berbicaranya serta taktik berperangnya, juga mempelajari karya tersebut. Begitu pula dengan Takenaka Hanbei salah satu penasihat perang Hideyoshi yang berasal dari marga Hasciuka pada saat itu paling ditakuti oleh marga Owari dan marga-marga lainnya di Jepang banyak belajar dari karya Sun Tzu. Kemudian, Tokugawa Ieyasu seorang yang berhasil menyatukan seluruh marga di Jepang juga lebih banyak mempelajari karya-karya yang ditulis oleh orang tersebut. Tentunya, karya-karya Sun Tzu sangat hebat sekali hingga banyak orang Jepang yang mengadopsinya.

Dari contoh di atas, Sun Tzu seorang Jenderal Besar Cina yang mempunyai kekuasaan dan kekuatan pasukan yang hebat, suka sekali menulis. Dia dengan piawainya menulis hingga melahirkan sebuah karya yang besar dan banyak dipelajari orang. Bahkan untuk mempersatukan Jepang saja, karya ini dijadikan pegangan dalam perjalanan perjuangannya. Hal ini membuktikan bahwa nyamannya membuat tulisan, dan hasil dari tulisan itu ternyata memberikan banyak manfaat bagi semua orang.

Begitu pula apa yang dilakukan oleh Pak Ersis selama ini. Beliau membuktikan dengan teorinya bahwa menulis itu memang nyaman. ya benar nyaman. kalau tidak, tak mungkin Beliau menghasilkan tulisan yang begitu banyaknya. Dalam sehari saja mampu membuat hingga tujuh tulisan, belum termasuk karya ilmiah. Dan sudah tentu hasil tulisan beliau banyak memberikan manfaat bagi kita semua. Berkat tulisan-tulisan Beliaulah kita dapat belajar menulis, hingga menjadi penulis. Inilah bukti kebenaran itu. Mudah-mudahan kita mampu melakukan hal yang demikian.

Bagaimana menurut Sampeyan?

Tanah Bumbu, 4 Februari 2010

Baca selengkapnya......

Menulis: Membuang Tinta

Beberapa hari yang lalu kondisi tubuh kurang bagus, ditambah lagi dengan berbagai kegiatan dan disertai dengan hujan yang membuat kondisi kesehatan menurun. Apalagi saat ini wabah chikungunya dan demam berdarah yang merebak dan membuat resah masyarakat. Beberapa hari tubuh terasa lemah dan ketakutan muncul kalau-kalau terserang wabah chikungunya. Dan ketika diperiksa ke dokter, untunglah wabah tersebut belum belum menyerang saya, hanya saja gejala typus mulai lagi menggerogoti badan. Ini adalah penyakit klasik yang diderita dan sampai saat ini belum juga sembuh total. Namun, pagi tadi kondisi badan sudah lumayan fit, sehingga menulis bisa dilanjutkan kembali.

Pada saat turun bekerja, dan ketika mebuat tulisan ini, ada saja teman yang menyeletuk "Wah rajin benar menulis, emang nulis apaan?" Sembari terus mengetik saya membalas dengan senyuman saja. Toh, celetukan itu hanya sebatas teguran biasa saja. Dibalas dengan senyuman, beres lah semuanya. Toh lebih baik tersenyum daripada tidak sama sekali. Jari-jari pun dengan riangnya meloncat-loncat di atas tut keyboard sembari diiringi suara pikiran yang terus membisikkan ide dan gagasan. Maka jadilah sebuah tulisan.

Ketika masuk ke dalam kelas dan sembari mengkampanyekan menulis kepada para siswa, dan pada saat itu ada saja siswa yang menyeletuk "Pak, menulis itu menghabiskan tinta." Kontan saja saya tertawa mendengar pernyataannya itu. "Lho kenapa harus takut habis tinta? Emang Menulis membuang tinta kok. Apa ada menulis membuang ingus atau tahi telinga?" mereka pun tertawa semua mendengar statemen saya demikian. "Coba Anda pikir, lebih mahal mana antara pulsa lu dengan pulpen Pilot?" Dia pun terdiam sambil berpikir. Selama ini, kata saya kepada mereka semua, kita terlalu menganggap mahal sesuatu yang murah dan memberikan manfaat kepada kita, tetapi barang yang mahal dan tak membuat manfaat lebih diutamakan. Contohnya, adalah pulsa. Kita sering kali tidak merasa bahwa dalam sehari berapa duit yang kita keluarkan untuk membeli pulsa. Padahal pulsa yag kita gunakan kebanyakan bukan untuk keperluan bisnis atau belajar, tetapi untuk sms-an ria sambil merayu sang pacar, atau memberikan sejuta alasan kepada teman selingkuhan. Mungkin seperti itu.

Berbeda dengan tinta. Berapa sih harganya tinta jadi sampai dipelit-pelitkan amat untuk digunakan menulis. Koq bisa segitunya, ya? Padahal kalau kita pikir secara logika, kalau pulpen yang kita beli dengan seharga Rp.2000,- dapat menulis dengan sangat panjangnya. Bahkan kalau menulis satu buku penuh, pulpen itu tidak akan habis, paling-paling tangan yang pegal. Apa sih susahnya mengeluarkan duit 2000 perak demi membuat suatu karya ketimbang membeli pulsa yang belum tentu dapat menghasilkan apa-apa.

Kadangkala kita tidak memikirkah hal yang demikian. Selama ini yang kita pikirkan adalah hanya senang-senang belaka. Memang, tidak ada larangan untuk membeli pulsa, atau menghabiskan duit sebanyak-banyaknya demi untuk pulsa. Dan di dalam Al-Qur'an juga tidak ada larangan Allah kepada manusia menghabiskan duitnya untuk pulsa. Namun, betapa indahnya jika bisa memilah mana yang lebih bermanfaat dan mana yang tidak. Dan alangkah picik dan pelit perkeditnya kita jika sampai harus tak rela menghabiskan tinta demi membuat sebuah tulisan.

Selama saya ikut kegiatan menulis ini, beberapa kawan-kawan ingin sekali ikut menulis. Mereka bahkan sampai ada yang iri kok saya mampu membuat tulisan sedangkan dia tidak. Dan berbagai arahan seperti yang diberikan oleh Pak Ersis selama ini saya berikan kepada mereka. Bahkan tidak segan-segan saya suruh baca buku-buku yang ditulis oleh Pak Ersis kepada mereka. Ya, mudah-mudahan nantinya mereka benar-benar mau menulis. Syukurlah kalau mereka setuju dengan pikiran yang dituangkan Pak Ersis dalam tulisan itu. Dan kalau tidak menerima, wah ini yang gawat, berarti kawan saya sudah sakit jiwa. Barangkali....

Selama mempraktikan menulis, alhamdulillah tak pernah memperhitungkan berapa besar biaya yang keluar. Baik dari segi bayar listrik karena beban tarikan komputer, belum lagi bayar warnet setiap malamnya, belum lagi bensin, ini, itu, dan sebagainya. Kalau mau dihitung, ya percuma ikut gabung dengan kelompok pecinta menulis. Ngapain menulis harus pakai hitung-hitungan segala. Yang ikhlas sajalah, jangan berpikir karena duit.

Ada saja kawan saya yang lain juga pernah nyeletuk demikian. "Heh, Faisal. Ikam dibayar berapa gerang jadi rajin bener membuat tulisan tarus? kalau kada jadi duit baik kada usah. Apalagi bayar warnet tiap malam, baik dibawa makan kanyang parut." Saya bingung, kok ada ya manusia yang terlalu perhitungan demikian ya. lantas saya jawab, "Emang urusan ikam apa? Mau dapat duit kah, kadada duitnya kah, aku jua. Kada merugikan ikam jua. Toh, duit yang keluar duitku jua, lain duit ikam jua. Ngapain harus sewot. Ngapain harus repot. Toh Gus Dur aja Nggak repot." Kalau sudah berhadapan dengan manusia seperti ini, susahlah rasanya, bahkan membosankan. Mau menjelaskan, di otaknya hanya duit, duit, dan duit belaka. Mungkin nantinya, jika mati ditanya sama Malaikat di dalam kubur pasti jawabannya "DUIT." Mudah-mudahan jangan sampai demikian. Ingatlah Bos, kalau kita ini mau menulis karena berharap suatu materi, Indonesia sampai sekarang nggak bakalan merdeka. Percaya deh!

Kalau begitu, menulis kita harus ikhlas. Ambil hikmah dibalik setiap pengorbanan untuk sebuah tulisan yang kita hasilkan. Hidup jangan terlalu pelit perkedit amat. Toh, Amat saja tidak pelit perkedit. Ikhlas lah menulis. Nyaman kalau menulis itu dengan ikhlas, tanpa paksaan dari siapa pun. Nyaman sekali menulis dengan jiwa yang merdeka. Jangan takut membuang tinta dalam menulis. Jangan takut membayar beban listrik banyak demi menulis. Dan jangan takut bayar warnet setiap malam untuk menulis. Toh kalau ada duitnya, kerjakan. Kalau tidak ada duit pada saat itu, stop ke warnet, tulis saja tulisan kita di rumah. Kan beres. Ngapain harus repot.....Toh Gus Dur juga nggak pernah repot....

Bagaimana menurut Panjenengan?

Faisal Anwar; Tanah Bumbu, 2 Februari 2010

Baca selengkapnya......

Menulis: Dibombardir Dengan Sebuah Tulisan

Beberapa hari lalu, ketika membuka FB ada pesan masuk dari Pak Ersis yang mengajak membuat buku 2010. Wah, ini adalah sebuah kesempatan besar yang sangat rugi jika dilewatkan begitu saja. Dalam pikiran langsung bergelayut berbagai macam ide, kira-kira mana yang cocok untuk dimasukkan ke dalam sayembara penulisan buku 2010 itu. Mudah-mudahan saja dapat masuk dalam nominasi. Seandainya tidak, hal ini bukan menjadi halangan bagi saya untuk tetap menulis.

Sebenarnya tulisan ini sudah selesai beberapa hari yang lalu, setelah Pak Ersis mengagak membuat buku 2010. Tapi karena berbagai kendala, dari jaringan speedy di warnet langganan sering gangguan, kemudian ke lab internet di tempat kerja lebih parah lagi gangguannya, oleh karena itu terpaksa tertunda di masukkan ke FB. Tapi tidak apa-apa. Sesuai dengan pepatah yang sering digunakan di lingkungan kita "Lebih baik terlambat daripada sama sekali" lebih baik terlambat memuat tulisan daripada tidak memuat sama sekali, disertai dengan raja alasan yang beragam.

Sudah sekian waktu Pak Ersis memberikan bimbingan menulis kepada kita. Berbagai wejangan teori dan nasihat yang diberikan Beliau melalui tulisan di FB. Mungkin Beliau dapat menilai, sudah sejauh mana tingkat kemampuan menulis kawan-kawan, sehingga mengajak kita untuk membuat buku bersama. Dan melalui sayembara ini, kita selakun penulis pemula dapat mengukur sudah sejauh mana kepiawaian kita dalam menulis. Kalau masuk dalam nominasi, wah hebat. Anda merupakan seorang penulis yang hebat. Mudah-mudahan demikian.

Di saat pikiran mencari sebuah ide yang pas untuk dijadikan judul tulisan, dan ketika tangan dengan piawainya menggerakkan mouse untuk melihat sebuah bacaan, pada saat itulah ada bacaan yang terasa sekali membombardir diri, yakni "Menulis: Berbekal kamus". Kita sadar bahwa selama ini kamus hanya dijadikan pajangan dan hiasan pada lemari buku. Entah mengapa, inilah kekurangan yang harus kita insyafi bersama.

Memang benar adanya, harga kamus di pasaran sangatlah mahal. Apalagi untuk kamus yang kualitasnya bagus. Terus terang saja, banyak orang yang menyepelekan kamus. Untuk apa sih membeli kamus? Itulah pernyataan dan pertanyaan dari setiap orang yang saya tanya. Kamus dianggap sebagai hal yang tidak terlalu penting dalam kehidupan. Harga kamus yang mahal membuat rang berpikir lebih baik membeli sesuatu yang dapat membuat kenyang perut atau membeli pakaian yang modis. Jangan heran, jika banyak sarjana lulusan Bahasa Indonesia, bahkan dosennya juga tidak memiliki kamus. Padahal kamus sangat begitu penting bagi kita, khusunya para penulis.

Lantas apa hubungannya kamus dengan judul di atas. ya, sangat jelas ada. Ketika membaca tulisan Pak Ersis pada tanggal 23 Januari kemarin yang berjudul "Menulis: Berbekal Kamus" serasa ada godam menghantam dada. Dan diri ini sangat malu, karena selama inin terlalu meremehkan kamus. Padahal kamus itu sangat begitu pentingnya bagi kita yang suka membaca dan menulis.

Tidak hanya melalui tulisan itu, tulisan sebelumnya juga banyak yang membombardir diri ini. Berbagai statement yang dikeluarkan Pak Ersis berusaha menggojlok kita agar menulis jauh lebih baik lagi dari semula. Setelah dibombardir demikian apakah patah sayap? Oh alangkah tragisnya jika kita sampai patah sayap dalam menulis. Bombardir itu sebagai pemicu kita untuk selalu melakukan perubahan dengan tulisan kita. Pak Ersis menginginkan kita agar membuat tulisan dengan baik, dan diksi yang mantap tentunya.

Saya membaca buku "Menulis Mudah Dari Babu Sampai Pak Dosen" yang disunting oleh Pak Ersis sendiri. Di dalamnya berisi 33 tulisan pemenang lomba menulis www.webersis.com dan www.menulismudah.com. Di sana ada tulisan yang berkesan bagi saya ditulis oleh Syifa Aulia yang berjudul "Mungkinkah Babu Menulis." Saya sangat terkesan dengan tulisan tersebut bahwasanya seorang babu saja mampu membuat sebuah tulisan yang baik. Mengenai hinaan, hujatan, cacian, makian sudah sering ia alami. Bahkan di saat pertama kali ia abergabung dengan FLP (Forum Lingkar Pena) wilayah Hongkong. FLP di negeri tersebut anggotanya bukanlah para pelajar dan mahaiswa, tetapi para TKW yang mengais rezeki di negeri itu. Dan ketika mereka mensosialisasikan organisasi itu ke KJRI (Konsulat Jenderal Republik Indonesia) di Hongkong, berbagai tanggapan dari KJRI keluar. Sifatnya tentu saja mengejek. Namun, ejekan dan cacian dari para TKW yang memang berniat ingin menulis ternyata membuahkan hasil. Dengan bekerja keras disertai dengan semangat menulis yang tinggi dalam waktu setahun kemudian mereka membuka mata para pejabat di KJRI. Bukan main, antalogi cerpen pun diterbitkan. Bahkan Taufiq Ismail dan para penulis beken lainnya juga memberi apresiasi, ditambah lagi Menteri Tenaga Kerja, Fahmi Idris memberikan kata sambutan. Sungguh sangat membanggakan sekali tentunya.

Berkaca dari pengalaman yang ditulis oleh Syifa Aulia, bombardir yang ditujukan oleh banyak pihak kepada mereka selaku TKW yang bukanlah menjadi tembok penghalang untuk melakukan menulis. Bombardir seperti itu malahan dianggap sebagai cambuk yang keras untuk menggerakkan pikiran dan tangan untuk agar teguh dan terus bekarya. Alhasil, mereka pun berhasil membuktikan diri kepada KJRI yang menganggap rendah mereka. Ini adalah sesuatu yang hebat.

Bagaimana dengan bombardir yang diberikan oleh Pak Ersis kepada kita melalui tuisannya? Tulisan yang diberikan oleh Pak Ersis mengandung banyak hikmah. Beliau selalu saja memberikan pengajaran yang baik dan pantang menyerah demi menciptakan penulis-penulis yang berkualitas pada akhirnya. Beliau juga sangat mengharapkan, ada yang mampu melebihi kemampuan menulisnya. Ini berarti kesuksesan yang sangat besar diraih oleh Pak Ersis. Karena tidak sia-sia mengajarkan menulis kepada kita semua.


Ingatkah kita akan kenangan pada perang dunia II yang mana Pangkalan Angkatan Laut Amerika di Hawai pernah di bombardir oleh Jepang. Kita dapat membayangkan dan melihat melalui film yang berjudul "Pearl Harbour" yang mana pada saat itu tragedi mengerikan terjadi di sana. Angkatan Bersenjata Amerika setelah mendapat serangan seperti itu langsung lumpuh total. Tetapi apakah mereka patah semangat? Ternyata tidak. Setelah kejadian itu Amerika mengambil hikmahnya, mereka bekerja keras membangun kembali kekuatan angkatan bersenjata mereka. Semangat berjuang pun terus dikumandangkan. Kerja keras di berbagai lini dijalankan. Hasil dari kerja keras itu, mereka berhasil membalas serangan keji yang pernah dilakukan Jepang pada mereka beberapa tahun silam. Di Bulan Agustus 1945 Jepang lumpuh total setelah di bom atom oleh Amerika. Inilah hasil kerja keras yang dituai Amerika setelah sempat dibombardir oleh Jepang.

Mudah-mudahan kita dapat berkaca dari kedua contoh di atas. Jangan patah semangat dan teruslah menulis.

Bagaimana menurut sampeyan?


Faisal Anwar; Tanah Bumbu, 27 Januari 2009

Baca selengkapnya......

UN 2010 Hantu Bagi Siswa

Kemaren sore, ketika membuka FB ada pesan masuk dari Pak Ersis yang mengajak membuat buku 2010. Wah, ini adalah sebuah kesempatan besar yang sangat rugi jika dilewatkan begitu saja. Dalam pikiran langsung bergelayut berbagai macam ide, kira-kira mana yang cocok untuk dimasukkan ke dalam sayembara penulisan buku 2010 itu. Mudah-mudahan saja dapat masuk dalam nominasi. Seandainya tidak, hal ini bukan menjadi halangan bagi saya untuk tetap menulis.
Sudah sekian waktu Pak Ersis memberikan bimbingan menulis kepada kita. Berbagai wejangan teori dan nasihat yang diberikan Beliau melalui tulisan di FB. Mungkin Beliau dapat menilai, sudah sejauh mana tingkat kemampuan menulis kawan-kawan, sehingga mengajak kita untuk membuat buku bersama. Dan melalui sayembara ini, kita selakun penulis pemula dapat mengukur sudah sejauh mana kepiawaian kita dalam menulis. Kalau masuk dalam nominasi, wah hebat. Anda merupakan seorang penulis yang hebat. Mudah-mudahan demikian.

Tema tulisan saya pada hari ini adalah masalah ujian nasional yang dianggap menakutkan bagi siswa dan membahas segala kecurangan pada pelaksanaannya. Mengapa demikian? Karena selama ini ujian nasional dianggap sebagai momok dan membahayakan bagi siswa. Untuk menuju kesuksesan dalam menghadapinya, berbagai kegiatan dari program bimbingan tambahan belajar dan try out serta pembahasan soal-soal ujian nasional yang telah lalu digalakkan di sekolah.

Genderang perang menghadapi ujian nasional tahun 2010 sudah mulai ditabuh. Berbagai persiapan sekolah untuk siswa dalam menghadapinya sudah dilakukan. Keadaan ini tentunya sudah menjadi agenda tahunan di setiap sekolah. Mulai dari tambahan belajar sampai dengan try out terus saja dilakukan. Bahkan, pihak sekolah tidak tanggung-tanggung mengeluarkan biaya yang besar demi mencetak kelulusan yang banyak. Harapan sekolah tentu saja lulus seratus persen.

Ujian nasional sendiri juga membawa angin segar kepada para pemilik bimbingan belajar di luar sekolah. Bisnis ini pun menjadi ramai. Tak heran jika di berbagai tempat terjadi persaingan bisnis pendidikan ini. Tentu saja uang pun mengalir dengan derasnya, apalagi jika bimbel tersebut mempunyai telah mempunyai nama yang mana cetakan dari mereka banyak yang lulus melaksanakan ujian nasional. Tidak sampai di situ saja, bahkan kebanyakan dari bimbel ada yang berani menjamin kalau ikut bimbingan belajar di tempatnya akan bisa seratus persen lulus. Kalau tidak lulus uang selama ikut bimbingan akan kembali. Ini hebat..... ya hebat dong, bisa menjamin seratus persen.

Ujian Nasioanl merupakan syarat kelulusan yang grade nilai minimal telah ditentukan oleh pemerintah. Ini merupakan hal yang sangat bagus, karena pemerintah ingin mencetak kelulusan yang berkualitas. Adapun nilai standar minimal untuk kelulusan tahun ini adalah rata-rata 5,5. Boleh ada satu mata pelajaran yang nilainya 4,0 tetapi lima pelajaran lainnya nilai minimal 6,0. Tentu saja keputusan yang diambil oleh Menteri Pendidikan dalam menetapkan standar minimal kelulusan ini sangat bagus sekali. Dalam hal ini, Menteri Pendidikan telah melakukan perubahan pada sistem pendidikan kita. Pemerintah meningkatkan standar minimal ini karena selama ini nilai standar kelulusan kita jauh dibandingkan dengan negara-negara maju. Oleh karena itu, pemerintah mengambil sebuah kebijakan yang mana nilai standar minimal kelulusan terus ditingkatkan setiap tahunnya. Alangkah indahnya jika nantinya kualitas pendidikan kita mampu sejajar dengan pendidikan negara-negara maju.

Namun, pada perjalanannya, UN (Ujian Nasioal) tidak semulus dari harapan pemerintah. Kita dapat melihat dari media massa atau secara langsung yang mana ujian nasioal banyak mendapat kecaman dari berbagai pihak. Kecaman ini datang dari siswa baik yang akan menghadapi ataupun yang pernah menjadi korban keganasan ujian nasional, kecaman juga datang dari orang tua dan guru. Ujian Nasional dianggap sebagai hantu. Menakutkan. Bahkan ujian nasional juga bisa menuai maut bagi yang gagal mengikutinya. Tidak jarang siswa yang gagal ujian nasional ada yang bunuh diri bahkan sampai masuk rumah sakit jiwa. Namun ada juga yang santai-santai saja, karena mereka menganggap masih bisa mengulang lagi di tahun depan atau ikut prograam Paket C. Ini bukan hanya sebatas wacana, ini adalah realita.

Aksi protes di kalangan siswa, guru dan orang tua terus berlanjut sampai sekarang. Mereka mengharapkan bahwa kelulusan nantinya diserahkan saja dengan pihak sekolah. Menurut mereka, selama ini percuma belajar selama tiga tahun, namun akhirnya ditentukan dengan enam mata pelajaran yang sudah ditentukan grade minimal kelulusannya. Dan pemerintah juga tidak bisa mengabulkan permintaan ini. Karena pemerintah menginginkan kualitas pendidikan yang baik. Kalau kelulusan diserahkan kepada sekolah, kemungkinan besar akan terjadi kecurangan-kecurangan. Dalam menghadapi ujian nasional saja sekolah-sekolah melakukan kecurangan demi mencetak kelulusan yang banyak. Tak heran ada pihak sekolah yang menjadi joki ujian nasional, baik melalui sms atau juga membocorkan soal, bahkan yang lebih gawatnya ada oknum guru yang sampai masuk ke dalam ruangan menuliskan jawaban.

Dari gambaran di atas saja kita dapat menilai, mengapa pemerintah tidak menyerahkan kelulusan kepada sekolah. Kecurangan di sekolah sangat riskan mengenai kelulusan. Praktik ini sudah membudaya dari dulunya. Nuansa KKN-isme berjalan dengan mulusnya di waktu itu. saya masih ingat sewaktu sekolah dulu. Yang mana ada beberapa kakak kelas saya yang tidak lulus, karena melakukan aksi demo terhadap kepala sekolah. kawan-kawan dari kelas 3 IPS 1 sebagai penggerak motor aksi ini. Dan tentu saja semua siswa terjun ikut ambil bagian. Kami menentang kebijakan kepala sekolah yang banyak merugikan siswa, karena kepala sekolah melakukan pungutan yang tidak pernah dirapatkan dengan orang tua siswa. Alhasil apa yang didapatkan, ketika menjelang kelulusan, kakak kelas saya ada sekitar 11 orang yang tidak lulus, padahal nilai mereka jauh di atas standar kelulusan yang ditetapkan oleh sekolah. Kalau dulu syarat kelulusan sekolah dengan Danem minilal 22. Tapi yang mengherankan, Danem kakak kelas yang tidak lulus kebanyakan di atas 22, yang lucunya Danem 20 bisa lulus. Inilah kecurangan-kecurangan yang sering saja terjadi di sekolah. Bahkan kalau ada guru atau kepala sekolah yang sakit hati terhadap siswa, maka dendam pribadi harus dibalaskan menjelang rapat kelulusan. Tak mengherankan jika ada siswa yang pintar dengan nilai ujian yang tinggi bisa tidak lulus pada saat itu. Bahkan yang lebih gawatnya datang dari orang tua. Demi melihat nilai anaknya tinggi, dengan sukarelanya melakukan penyuapan kepada pihak sekolah agar nilai anaknya dinaikkan. Tentu saja praktik tersebut berjalan dengan mulusnya. Sim salabim nilai pun berubah.

Melihat keadaan ini, pemerintah memberlakukan ujian nasional dengan standar kelulusan yang telah ditetapkan. Hal ini dilakukan demi menciptakan kualitas pendidikan yang mantap juga menghindarkan sekolah melakukan praktik KKN-isme yang telah lama membudaya. Namun sangat disayangkan pada perjalanannya, kecurangan dalam ujian nasional juga terjadi. Tak mengherankan jika ada pihak sekolah yang menghalalkan berbagai cara demi mencetak lulusan yang banyak tapi tidak berkualitas. Berbagai kecurangan hingga saat ini masih saja terus berlangsung, walaupun sudah dimonitor oleh Tim Independen dari perguruan tinggi yang notabene di dalamnya merupakan para dosen. Hal ini sangat disayangkan sekali. Karena Tim Independen sangat sedikit orangnya sehingga tak dapat memonitor secara menyeluruh di kelas-kelas. Seharusnya anggota tim independen ini ikut duduk bersama pengawas ruangan agar kecurangan dapat dihindarkan.

Saya pernah memperotes salah satu panitia ujian nasional pada salah satu sekolah. Pada saat itu soal ujian yang lebih tidak diperbolehkan ke luar ruangan. Namun, ada salah satu panitia ada yang datang mengambil dengan alasan ruangan sebelah kekurangan soal. Tanpa meminta izin kepada saya, akhirnya kawan menyerahkan soal itu kepada panitia. Melihat keadaan itu, saya langsung memeriksa ke ruangan sebelah adan menanyakan kepada kawan yang mengawas di ruangan sebelah. Pada kenyataannya soal di ruangan sebelah tidak ada yang kurang, begitu pula dengan ruangan yang lainnya. Mengetahui bahwa panitia telah melakukan kecurangan, saya langsung menelpon sub rayon. Tapi apa protes saya ke sub rayon tidak mebuahkan hasil. Mereka mendiamkan saja kehjadian ini. Padahal bukti kecurangan yang dilakukan sekolah tersebut sudah jelas. Pada akhirnya saya sangat menyesalkan sikap yang dilakukan oleh sub rayon. Pengawas ujian nasional hanya tidak ada bedanya dengan patung di dalam ruangan. Belum lagi tindakan salah seorang guru yang masuk memberikan jawaban ke dalam kelas, tanpa mengindahkan teguran dari pengawas. Dan kegiatan siswa yang ber-sms ria dengan para joki di luar sana. Ada apa denganmu? Sampai saat ini praktik ini terus saja berlangsung.

Kecurangan mengenai pelaksanaan ujian nasional di sekolah-sekolah tidak hanya berlangsung di situ saja. jauh-jauh hari sebelum ujian nasional dilaksanakan, para kepala sekolah mengadakan rapat dengan sub rayonnya meminta agar pada ujian nanti masing-masing pengawas dari sekolah agar menyepakati kerjasama. Dan hasil kerjasama tersebut dibawa hingga ke forum rapat seluruh pengawas ujian nasional di masing-masing rayon. Tanpa malu-malu, ada saja salah satu kepala sekolah meminta agar jika nantinya kejadian-kejadian teknis seprti siswa membawa hp, siswa menyontek, membuka buku, atau guru memberikan jawaban melalui selembar kertas, dalam hal ini pengawas diminta agar cuek saja. Dianggap pura-pura tidak melihat, walau sebenarnya melihat. Dan tentu saja bagi guru yang mentalnya rapuh, ikut-ikutan menyetujui praktik salah itu.

Yang paling parah adalah sikap panitia yang berani merubah jawaban pada lembar jawaban siswa mereka. Karena pada saat pengumpulan lembar jawaban pada panitia tidak disaksikan proses pengepakannya oleh para pengawas ruangan. Di sinilah yang sering terjadi. Pihak sekolah dengan curangnnya mengubah jawaban siswa yang mereka cintai. Dengan piawainya mereka mencari-cari nama si anu, si itu, si ini, si itu dan saudara-saudaranya kemudian dirubah jawabannya sehingga lulus. sangat disayangkan sekali, sikap seperti ini setiap tahunnya terus saja terjadi. Dan ini sebenarnya bukan rahasia, tetapi sudah terlihat jelas dipublik, namun sampai saat ini belum ada tindakan dari dinas pendidikan terhadap sekolah yang sering melakukan kecurangan ini.

Inilah kecurangan yang seringkali berlangsung di ujian nasional. Pemerintah dengan susah payah melakukan perubahan terhadap dunia pendidikan, namun hasilnya kita sendiri (para pendidik) yang merusak tatanan tersebut. Apa mau dikata, selamanya kita akan terkurung dalam lingkaran hitam. Guru yang benar-benar melaksanakan tugasnya dengan baik pun akan tercoreng akibat ulah oknum yang melakukan tindakan kecurangan pada ujian nasional.

Alhamdulillah pada tahun 2010 ini pemerintah mengubah alur sistem ujian nasional. Ada wacana berguir bahwa kali ini bukan pengawas sekolah lagi yang silang seperti yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, melainkan siswa masing-masing sekolah melakukan persilangan. Seharusnya memang seperti ini, sehingga tingkat kecurangan bisa diminimalisir. Apalagi jika ditambah dengan tim independen yang harus berada satu orang satu mengawas di dalam ruangan. Tentu saja kecurangan dalam pelaksanaan ujian nasional bisa dihindarkan.

Melihat wacana mengenai aturan ujian nasional seperti di atas membuat para siswa banyak yang ketakutan. Ujian nasional kali ini bera-benar dianggap sebagai hantu. Di samping nilai standar minimal untuk kelulusan yang dirasa cukup tinggi, juga beredar wacana mengenai siswa silang. Tentu saja ketakutan ini dirasakan oleh seluruh siswa di sekolah-sekolah di negara kita. Tidak hanya siswa, tetapi sebagian guru dan kepala sekolah yang dibuat ketakutan oleh aturan ini. Apalagi bagi sekolah yang sering melakukan kecurangan. Wah tentu saja menjadi ini menjadi senjata pembunuh bagi mereka sendiri. Tak ayal lagi, para kepala sekolah sering membahas mengenai aturan ini dengan dinas pendidikan kabupaten. Yang namanya aturan ya harus dilaksanakan, tentu saja bukan untuk dilanggar.

Bagaimanapun yang namanya ujian nasional 2010 harus tetap dilaksanakan. Tidak memungkiri jika nantinya banyak siswa yang tidak lulus. Lantas bagaimana? Pemerintah sudah memberikan jalan terbaik bagi siswa yang belum lulus. Bagi siswa yang belum lulus untuk ujian nasional tahun ini, akan diberikan kesempatan ujian kedua kalinya. Ini adalah kesempatan yang bagus dan perlu didukung, jangan dihalang-halangi. Kalau pun pada ujian ulang nanti masih ada siswa yang belum lulus, pemerintah memberikan jalan terbaiknya, yakni program Paket C atau mengulang lagi selama setahun.

Mudah-mudahan pelaksanaan ujian nasional tahun 2010 ini dapat berjalan dengan lancar dan terhindar dari beragam kecurangan baik yang dilakukan siswa maupun yang dilakukan oleh pihak sekolah. Ini adalah harapan kita semua demi mewujudkan pendidikan yang berkualitas. Dan mudah-mudahan kita selaku pendidik dapat melaksanakan kegiatan ujian nasional ini sesuai dengan harapan pemerintah. Amin. Sukses terus Ujian nasional.

Bagaimana menurut Sampeyan?


Faisal Anwar; Tanah Bumbu, 25 Januari 2010

Baca selengkapnya......

Menulis: Menjadi Diri Sendiri

Tulisan ini sebagai pengganti atas penrnyataan kawan-kawan mengenai tulisan sebelumnya yang berjudul "Menulis : Mengurangi Berbicara" soalnya saya tidak mengecek di catatan saya apakah sudah termuat atau belum. Mohon maaf ya. Saya kan juga manusia. Punya lupa juga tuh, ha..ha..ha.. (alasan lagi deh)

Dihadapkan dengan berbagai pekerjaan dari sekolah maupun di luar tak mengurangi semangat menulis. Prinsip hidup tetap ditagakkan, menulis dan menulis. Mudah-mudahan prinsip ini tak akan goyah oleh keadaan apapun. Menulis memang pekerjaan yang mengasyikkan. Ditengah-tengah kesibukan, kadangkala mencuri-curi waktu sambil memenuhi kebutuhan hidup, yakni menulis. kadangkala kesibukan sampai larut malam terus saja berlanjut, namun menulis tetap harus menjadi bagian utama sehari-hari. Barang satu tulisan saja. Senang rasanya bisa menyelesaikan sebuah tulisan, apalagi bisa sampai dua, tiga, empat, bahkan sampai tujuh, seperti yang dilakukan Pak Ersis. Mudah-mudahan suatu saat saya bisa seperti Beliau.

Memang benar apa yang dikatakan Pak Ersis, kalau kita ingin melakukan kegiatan menulis hal yang paling utama yang harus dilakukan adalah dengan mengosongkan pikiran. Dengan pikiran yang jernih, tak terkontaminasi dengan pikiran yang jelek pasti akan mudah menerima ide-ide yang terus masuk melalui otak ini.

Selama ini kita banyak mengenal penulis. Dan tentu saja kalau kita mengenal, sudah pasti kita membaca tulisannya. Ketika membaca tulisannya, kita mengapresiasikan hasil tulisan itu dengan berbagai macam pikiran. Bahkan sampai-samapi kita harus melakukan diskusi dengan kawan atau dibawa ke sebuah forum dalam membahas tulisan tersebut.

Kadangkala, saking terinspirasinya dengan tulisannya, kita secara langsung ataupun tidak langsung mengidolakan penulis tersebut sembari berkhayal ingin seperti dia (penulis). Dan celakanya, ketika sudah berbeda pandangan dengan penulis atau kecewa dengan pernyataan si penulis, timbulah rasa benci dan sikap memusuhi menjamur di dalam hati. Si penulis dianggap sebagai musuh besar yang harus terus dimusuhi. Bahkan kalau bisa, penulisnya dibunuh beserta hasil karyanya. Titik. Selesai.

KetiKa kita menulis, ya menulis sajalah. Jangan berkhayal ingin mengikuti gaya penulis si anu, dan si itu. Saya adalah seorang pengagum Pramoedya Ananta Toer. Saya mengagumi Pram ini karena tertular virus yang dibawa oleh dosen saya yang selama ini banyak memberikan bimbingan dalam keseharian, yakni Pak Daud Pamungkas. Saya diperkenalkan dengan yang namanya Pram ini ketika mengambil mata kuliah "Sejarah Sastra." Saya yang saat itu mulai kegandrungan dengan yang namanya membaca, langsung saja berburu karya-karya Pram. Alhamdulillah karena saking cintanya terhadap Pram, akhirnya saya banyak mengoleksi novel-novelnya Pram. Dan sampai saat ini saya masih saja berburu karya-karya Pram yang dianggap tulisan terlarang pada rejim Orde Baru.

Terus terang, saya sangat suka sekali dengan Pram. Dan saya ingin meniru dia. Saya ingin seperti dia. Tetapi, ketika dihadapkan dengan keadaan yang sebenarnya, saya tak mampu menulis sebaik dia. Apakah saya lantas membenci dan memusuhi dia? jawabannya adalah tidak. Sampai saat ini saya masih mengagumi Pram. Benar apa yang dikatakan Pak Ersis dalam bukunya yang berjudul "Menulis Sangat Mudah" mengatakan, bahwa untuk menjadi penulis jadilah dirimu sendiri. Jangan menulis karena ingin meniru gaya tulisan penulis si anu, si itu, si ini dan sebagainya. Karena masing-masing penulis tidak mempunyai kesamaan dalam gaya penulisannya.

Dan memang benar sekali apa yang dikatakan oleh Beliau, bahwasanya menjadi diri sendiri itu sangat indah. Menjadi diri sendiri itu sangat bagus. Dan menulis dengan menjadi diri sendiri memudahkan kita menyelesaikan tulisan. Dengan menjadi diri sendiri, menulis lebih bersemangat, lebih indah, lebih mudah, dan menjadikan hidup lebih hidup.

Bagaimana menurut Sampeyan?

Faisal Anwar; Tanah Bumbu, 24 Januari 2010

Baca selengkapnya......